Latar Belakang
Kegiatan jasa konstruksi telah
terbukti memberikan kontribusi penting
dalam perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi disemua negara di dunia,
termasuk Indonesia, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta (Kadin, 2002).
Dalam menghadapi persaingan
pasar bebas, perlu dilakukan langkahlangkah
antisipatif yang harus
dipersiapkan oleh perusahaan-perusahaan
jasa konstruksi, baik swasta maupun
BUMN yang ada di Indonesia dengan
melakukan berbagai macam perbaikan
guna meningkatkan kualitas kinerja
manajemen, sehingga dapat
menghasilkan suatu sistem bisnis
perusahaan jasa konstruksi yang ideal
(Sudarto,2003).
Salah satu penyebab perusahaan
jasa konstruksi tidak berkembang adalah
karena pengusaha dan top manajemen
tidak mau mengakui bahwa mereka perlu
membentuk kembali budaya perusahaan
dan/atau mengambil cara baru dalam
mengatur orang pada suatu tahap awal
yang menjadi titik kritis dalam sejarah
perusahaan. Intervensi untuk mendorong
perkembangan perusahaan dan sebelum
terjadinya pengaruh negatif dari
pekembangan kebudayaan organisasi
yang cepat dan kepemimpinan yang
dianggap dominan (Leach and Kenny,
2000).
Program keselamatan dan
kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari
tahap yang paling dasar, yaitu
pembentukan budaya keselamatan dan
kesehatan kerja (Reason, 1997). Dan
program keselamatan dan kesehatan kerja
dapat berfungsi dan efektif, apabila
program tersebut dapat terkomunikasikan
kepada seluruh lapisan individu yang
terlibat pada proyek konstruksi.
Ada fenomena yang menarik yang
dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu
pertama bahwa jasa industri konstruksi
merupakan sebuah industri yang
memiliki resiko cukup besar, akan tetapi
dapat diminimalisir dengan adanya
program keselamatan dan kesehatan kerja
melalui pembentukan budaya kerja yaitu
salah satunya budaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Kedua, industri
konstruksi merupakan sebuah industri
yang tidak sekedar berorientasi pada
produk jadi sebagaimana pada industri
lain, akan tetapi berorientasi pada proses.
Oleh karenanya dalam proses tersebut
perlu diperhatikan faktor-faktor internal
yang mempengaruhi kinerja perusahaan
berkaitan dengan resiko yang dimiliki.
Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi budaya keselamatan
dan kesehatan kerja khususnya pada
proyek konstruksi?
2. Apakah faktor-faktor budaya
keselamatan dan kesehatan kerja
berpengaruh terhadap kinerja proyek
konstruksi?
Tujuan
1. Mengidentifikasi dan menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi
budaya keselamatan dan kesehatan
kerja khususnya pada proyek
konstruksi.
2. Menganalisa pengaruh faktor-faktor
budaya keselamatan dan kesehatan
kerja terhadap kinerja proyek
konstruksi.
Rangkuman & Isi
Kinerja perusahaan jasa konstruksi
dapat ditingkatkan dengan
mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan kinerja serta
menganalisa seberapa besar pengaruh
faktor tersebut terhadap kinerja
perusahaan, dalam hal ini budaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
budaya keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek konstruksi perlu
dikembangkan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
model pengaruh budaya keselamatan dan
kesehatan kerja adalah budaya
keselamatan kerja harus dimulai dari top
management terhadap masalah
keselamatan kerja, selanjutnya
pelaksanaan konstruksi prosedur
keselamatan kerja memegang peranan
penting dalam meningkatkan kinerja
proyek konstruksi. Karena semakin tinggi
budaya keselamatan dan kesehatan kerja
yang diterapkan oleh top management,
maka akan semakin tinggi pula kinerja
suatu proyek konstruksi. Kesimpulan
diambil sesuai dengan penelitian dan
pustaka yang menyatakan bahwa budaya
keselamatan dan kesehatan kerja harus
dimulai dari top management.
Sumber didapat dari jurnal dengan penulis:
Christina, Yuni Wieke, dkk. 2012. PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI. Malang: Universitas Brawijaya, diunduh pada http://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/viewFile/193/204
luar biasa
ReplyDelete